Gus Yaqut Ketum GP Ansor Dipolisikan Lagi Terkait Pembakaran Bendera di Garut

Pushami singkatan dari Pusat Hak Asasi Muslim Indonesia telah melaporkan Ketua Umum GP Ansor Gus Yaqut Cholil Qoumas ke Bareskrim Polri. Laporan mereka itu katanya disebabkan pernyataan Gus Yaqut yang mereka duga telah melecehkan simbol tauhid. akan tetapi tidak disebutkan secara rinci apa isi pernyataannya.

Ketua Biro Hukum Pushami Aziz Yanuar mengatakan bahwa ada beberapa statement dari Gus Yaqut yang dianggap sebagai tindakan provokasi yang akhirnya diikuti oleh anggota-anggota Banser.

Aziz Yanuar telah melaporkan Gus Yaqut atas nama organisasi Pusat Hak Asasi Muslim Indonesia yang tertuang pada LP/B/1365/X/2018/BARESKRIM tertanggal 25 Oktober 2018. Ketua Pushami juga telah melaporkan dua anggota GP Ansor lainnya ke Bareskrim Polri, yaitu Rohis dan Faisal.

Ketum Pushami Aziz Yanuar meyakini bahwa pembakaran bendera yang bertuliskan kalimat tauhid itu dilakukan dengan sengaja katanya. Aziz Yanuar juga mengatakan, bahwa sebelum peristiwa pembakaran bendera itu terjadi, Aziz Yanuar menduga kedua anggota Ansor tersebut telah melakukan razia terhadap bendera tersebut.

Aziz menuturkan bahwa dia sudah menjelaskan di video dilihat mereka anggota banser membakar bendera, menyanyikan sebuah yel-yel, gembira dan menurutnya direkam sendiri oleh anggota Banser dengan sengaja, dan dia bilang ada rencana karena adanya upaya razia bendera tersebut.

Eks Jubir HTI Ismail Yusanto Dilaporkan ke Bareskrim Karena Mengatakan HTI Tak Punya Bendera

FUIR atau singkatan dari Forum Umat Islam Revolusioner telah melaporkan mantan jubir HTI yaitu Ismail Yusanto ke Bareskrim Polri karena terkait dengan tuduhan penyebaran berita palsu. Laporan dari FUIR terkait dengan ucapan Ismail Yusanto mengenai HTI yang katanya tidak mempunyai bendera.

Koordinator FUIR, Rivai Sabon Mehen menjelaskan bahwa kebohongan Ismail Yusanto yaitu karena telah mengatakan kalau bendera HTI itu tidak ada, akan tetapi kenyataannya bahwa bendera Hizbut Tahrir Indonesia itu ada.

Rivai Sabon juga menjelaskan bahwa Ismail mengungkapkan bahwa HTI itu tidak punya bendera di laman akun twitternya dan telah dikutip oleh beberapa media. Dan dia menganggap bahwa eks jubir HTI Ismail Yusanto telah menyebarkan kabar bohong atau Hoax.

Rivai menjelaskan bahwa intinya dirinya datang ke Bareskrim Polri melaporkan Ismail Yusanto terkait penyebaran berita bohong atau hoax. Dan faktanya bahwa bendera Hizbut Tahrir Indonesia itu ada.

Banser Akan Terus Ada, Tidak Akan Bubar Sampai Hari Kiamat

Setelah peristiwa pembakaran bendera HTI di Garut, Banser didesak untuk bubar. PBNU menegaskan bahwa Banser tidak akan bubar. Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siraj mengatakan bahwa Banser tidak akan bubar sampai kiamat.

Beliau tidak begitu mempermasalahkan seruan atau ajakan untuk membubarkan Banser. Menurut beliau, setiap orang mempunyai kebebasan dalam menyampaikan pendapatnya.

"Orang minta boleh-boleh aja, masa dilarang," terangnya.

Ajakan pembubaran Banser itu sangat banyak diperbincangkan di ranah media sosial. Ajakan itu merupakan bentuk kecaman yang dilakukan orang-orang tertentu terhadap Banser karena peristiwa yang terjadi di Garut.

Polisi Lepaskan 3 Anggota Banser, KH. Said Aqil Siradj: Terima Kasih

Polisi telah melepaskan tiga orang banser yang terkait dalam pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid yang dinyatakan sebagai bendera Hizbut Tahrir Indonesia pada acara peringatan Hari Santri Nasional di Garut, Jawa Barat. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah mengapresiasi atas langkah polisi yang telah melepaskan tiga orang anggota Banser.

Di kantor PBNU KH. Said Aqil Siradj mengucapkan terima kasih kepada Polres Garut atas dilepaskannya tiga orang anggota Banser yang kemarin ditangkap.

KH. Said Aqil Siradj mengatakan bahwa ketiga anggota Banser dilepaskan karena tidak terbukti telah melakukan penistaan agama. Bahkan beliau berpendapat bahwa banyak ulama yang menyebut menulis sebuah kalimat tauhid di bendera itu makruh secara hukum.

Beliau menjelaskan bahwa para ulama di mazhab maliki, hanafi, syafi'i, hambali itu menghukumi makruh menulis kalimat tauhid di dinding, pakaian, kopiah, dan bendera. Bahkan ada yang sampai mengharamkan apabila menulisnya di sembarang tempat, akan tetapi yang banyak menghukumi makruh. Mengapa? karena takut kurang dihormati.

Ini Dia Orang yang Membawa Bendera HTI di Garut Pada Saat Peringatan Hari Santri

Polisi sudah mengamankan seseorang yang membawa bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dalam acara peringatan Hari Santri Nasional 2018, pada hari Senin (22/10) lalu, di Garut, Jawa Barat. Inilah dia sosok yang membawa bendera HTI.

Inisial yang membawa bendera HTI yaitu US dan diamankan pada hari Kamis (25/10) siang. Dan US sendiri berasal dari daerah Cibatu, Garut, Jawa Barat.

Di dalam foto di atas, tampak US sedang duduk berdampingan dengan Bapak Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna. Kombes Umar Fana mengatakan bahwa Polda Jawa Barat telah berhasil menangkap dan mengamankan seseorang yang membawa bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di acara peringatan Hari Santri Nasional di Garut.

Kombes Umar Fana memastikan bahwa seseorang yang membawa bendera Hizbut Tahrir Indonesia tersebut yaitu BUKAN SANTRI yang ikut diundang dalam acara peringatan Hari Santri di Garut. Dia pun memberikan sinyal bahwa dia pembawa bendera tersebut ialah seorang penyusup.

PBNU Menegaskan Bahwa Bendera yang Dibakar Banser ialah Bendera HTI

KH. Said Aqil Siraj selaku Ketua Umum PBNU memberikan penjelasan bahwa bendera yang dibakar oleh anggota Banser merupakan bendera milik ormas terlarang yaitu Hizbut Tahrir Indonesia, bukan bendera tauhid.

Dalam konferensi pers di Gedung PBNU, KH. Said Aqil Siraj menegaskan sekali lagi bahwa Banser tidak membakar bendera berlambang tauhid, akan tetapi yang dibakar ialah bendera berlambang HTI, ormas yang sudah dibubarkan oleh Pemerintah.

Di dalam acara itu, KH. Said Aqil Siraj meminta kepada aparat keamanan untuk segera mengusut secara tuntas para pelaku yang menyusup membawa dan menyebarkan bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Karena pelaku pembawa bendera HTI, itu kewenangan dari aparat kepolisian, dan polisi harus mampu menangkap mereka ITU. Dan juga yang menyebarkan video yang menjadi viral di media sosial, yang menyebarkan video itu sama saja, menjadikan fitnah berkembang. Dan siapapun yang terlibat ataupun tersangkut ikut dalam peristiwa Hari Santri di Garut harus ditangkap sesegera mungkin.

Habib Luthfi bin Yahya Meminta Kepada Aparat Kepolisian Agar Mengusut Tuntas Pembawa Bendera HTI

Rais Aam Idarah Aliyah Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) yaitu Habib Luthfi bin Yahya meminta dengan segera kepada Aparat Kepolisian untuk mengusut secara tuntas siapa orang yang membawa dan mengibarkan bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di tengah-tengah upacara Hari Santri Nasional di Garut, Jawa Barat pada hari Senin (22/10).

Habib Luthfi bin Yahya yakin bahwa bendera yang telah dibakar oleh Banser merupakan bendera organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang secara sengaja menyusup di arena upacara Hari Santri Nasional di Garut.

Hal tersebut telah disampaikan kepada NU Online di Pekalongan, pada hari Rabu (24/10) ketika menanggapi aksi yang dilakukan secara spontanitas atas pembekaran bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) oleh Banser Garut yang sekarang ini sedang ramai dibicarakan di media sosial.

Habib Luthfi bin Yahya mengatakan bahwa yang harusnya diusut itu mengapa bendera organsisasi terlarang itu bisa masuk ke dalam arena upacara Hari Santri Nasional di Garut yang telah disahkan oleh Pemerintah, jangan Bansernya yang dipermasalahkan.

Perlu Diketahui Bahwa Atribut Ataupun Bendera ISIS, HTI, dan PKI Dilarang Walau Ada dan Tidaknya Tulisan Organisasinya

Kejadian pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid di Garut Jawa Barat menyisakan tanda tanya apakah bendera tersebut yang dibakar merupakan bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) atau bendera yang bertuliskan kalimat tauhid yang tidak ada kaitannya dengan ormas manapun. Dalam penjelasannya Majelis Ulama Indonesia menyatakan bahwa bendera yang dibakar tersebut adalah bendera yang bertuliskan kalimat tauhid yang tidak ada hubungannya dengan HTI katanya.

Waketum Majelis Ulama Indonesia Zainut Tauhid Sa'adi dalam konferensinya mengatakan bahwa dalam perspektif Majelis Ulama Indonesia, karena benderanya tidak ada tulisan Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI, maka MUI mengatakan bahwa bendera itu adalah bendera bertauhid yang tidak ada kaintannya dengan ormas manapun. Karena kalau menjadi milik partai kelompok harus ada desain yang berbeda atau warna yang berbeda tidak persis meng-copy seperti dalam sejarah.

Kalimat Tauhid Itu Mulia, Hati-Hati, Jangan Menjadikannya Sebagai Alat Propaganda

Kenapa kita jarang sekali menemukan lambang-lambang yang bertuliskan kalimat tauhid di beberapa acara yang diadakan pesantren? Coba lihatlah saat ada pertunjukan imtihan, haul, maulid akbar, haflah, pawai ta'aruf, istighotsah, dan lain sebagainya. Sangat jarang sekali kita melihat kalimat tauhid tertulis di spanduk, kaos, bendera, koko, peci, sorban sekalipun, apalagi sampai ikat kepala.

Ada apa? Mengapa? Apa ada yang salah? Bukankah kalimat tauhid itu luhur dan agung? Apakah kalangan pondok pesantren kurang dalam ghirah keislamannya? Apa mereka santri tidak begitu bangga dengan ketauhidannya? Atau malah mereka jangan-jangan tidak suka tulisan kalimat tauhid?

Sebelum Anda menebak yang bukan-bukan, ada satu hal yang harus dipahami secara seksama. Justru para santri dan kyai itu mungkin lebih akrab dengan kalimat tauhid daripada diri kita yang setiap waktu setiap hari setiap detik memakai ikat kepala bertuliskan lafal atau kalimat tauhid. Selain dikumandangkan lima kali sehari di saat waktu adzan tiba, kalimat tauhid juga seringkali diwiridkan dan diendapkan ke dalam kalbu dan alam bawah sadar mereka secara berjama'ah setiap kali setelah sholat selesai.

Akan tetapi mengapa jarang banget terlihat simbol-simbol kalimat tauhid di acara-acara mereka?

Saya disini tidak begitu suka membahas tentang keributan-keributan mengenai simbol kalimat tauhid yang lagi ramai dibicarakan di media sosial. Tidak juga mau membahas penggunaan bendera tauhid sejak masa Nabi Muhammad SAW, para sahabat, sampai peran politisnya di zaman sekarang. Postingan ini hanya sebuah tulisan ringan yang hanya sekedar menguak dan menjelaskan satu tradisi kaum pesantren yang berkaitan dengan pelabelan kalimat tauhid di mana-mana. Yaitu sebuah tradisi ikhtiyath; kehati-hatian dalam ilmu fiqih.

Mengenai Video Viral Di Media Sosial Tentang Pembakaran Bendera Tauhid

Sekarang ini di media sosial beredar video dengan keterangan beberapa anggota Banser telah membakar bendera tauhid. Induk dari Banser yaitu GP Ansor telah menyatakan bahwa pembakaran itu sebetulnya dilakukan untuk bendera HTI atau Hizbut Tahrir Indonesia sekaligus untuk menjaga kalimat tauhid agar tidak diinjak-injak atau digunakan tidak semestinya seperti halnya buat propaganda.

Kejadian itu terjadi di Garut, Jawa Barat. Ketum PP GP Ansor (Gus Yaqut) Yaqut Cholil Qoumas langsung menelusuri video tersebut setelah viral di medsos. Gus Yaqut mengatakan bahwa anggotanya melihat bendera tersebut sebagai simbol bendera Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI, yaitu organisasi masyarakat yang sudah dibubarkan oleh pemerintah.

Gus Yaqut mengatakan bahwa sudah mengecek teman-teman banser di Garut, tempat di mana kejadian pembakaran itu terjadi. Dan sudah ditanyakan juga ke pengurus Ansor dan Banser di sana, teman-teman yang membakar kata Gus Yaqut itu melihat ada bendera tersebut sebagai bendera Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI yang sudah dibubarkan.

Dan Gus Yaqut mempunyai perspektif sendiri mengenai peristiwa ini. Dia mengatakan bahwa pembakaran yang dilakukan Banser itu untuk menghormati dan menjaga kalimat tauhid yang disalahgunakan oleh para anggota ormas terlarang HTI yang sudah dibubarkan untuk propaganda.

MUI Menyarankan Agar Masalah Islam Nusantara Tak Perlu Dibesar-besarkan, Itu Cuma Istilah

Waketum Majelis Ulama Indonesia Pusat, Zainut Tauhid Sa'adi mengatakan bahwa Islam Nusantara hanya sebuah istilah, dan perihal Islam Nusantara itu cuma dalam kategori cabang agam (furu'iyyah) tidak termasuk dalam masalah pokok agama, karena perihal itu cuman hanya istilah tidak dalam substansi. Menurutnya, istilah Islam Nusantara sama halnya dengan Islam Berkemajuan yang digagas oleh Muhammadiyah. MUI Pusat pun, katanya, mempunyai istilah tersendiri yaitu Islam Wasathiyah. Jadi istilah-istilah itu tidak perlu dibesar-besarkan dan terlalu dipersoalkan karena justru dapat merusak hubungan persaudaraan dengan sesama umat Islam.

Zainut menyesalkan keputusan Rapat Koordinasi Bidang Ukhuwah MUI Sumatera Barat yang secara terang-terangan menolak konsep Islam Nusantara yang digagas oleh Nahdlatul Ulama. MUI Provinsi Sumatera Barat menolak konsep Islam Nusantara dikarenakan dinilai menyalahi khittah dan jati diri Majelis Ulama Indonesia sebagai wadah berhimpun, musyawarah, dan silaturahmi para ulama, zuama, dan cendekiawan muslim dari berbagai organisasi dan kalangan di seluruh Indonesia.

Zainut Tauhid mengatakan bahwa Majelis Ulama Indonesia seharusnya mampu mengedepankan semangat persaudaraan sesama umat Islam (ukhuwah), toleransi terhadap sesama manusia (tasamuh) dan moderasi (tawazun). Dan lebih-lebih dalam menyikapi berbagai hal persoalan yang berkaitan dengan masalah umat Islam di Indonesia.

Kehebohan Konsep Islam Nusantara yang Digagas oleh Nahdlatul Ulama

MUI Pusat tidak menolak konsep Islam Nusantara yang diinisiasi oleh Nahdlatul Ulama, akan tetapi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat menolak adanya konsep Islam Nusantara dengan berbagai argumen yang mereka keluarkan. Dan kehebohan ini sendiri berawal dari pemahaman soal konsep Islam Nusantara. Konsep Islam Nusantara itu sering didengungkan oleh Ulama-Ulama NU. Dan istilah Islam Nusantara itu sendiri pernah sempat menjadi pro dan kontra di jagat Twitter sekitar pertengahan 2015 tahun lalu.

Apa sih sebenarnya Islam Nusantara itu? Ketua Umum PBNU, KH. Said Aqil Siroj menjelaskan bahwa Islam Nusantara bukanlah agama baru, bukan pula aliran baru. Islam Nusantara ialah pemikiran yang dilandaskan oleh sejarah masuknya Islam ke Indonesia yang tidak melalui peperangan, tetapi dari hasil kompromi terhadap budaya lokal. Dengan pemahaman Islam Nusantara tidak membuat orang yang mempelajari berubah menjadi radikal yaitu suka terhadap kekerasan. Karena dalam konsep Islam Nusantara tidak diajarkan membenci, membakar, atau bahkan sampai membunuh.

Pada waktu itu memang Islam Nusantara sedang dipersiapkan untuk menjadi tema Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama yang digelar di Jombang pada tanggal 1 Agustus 2015. Yaitu "Meneguhkan Islam Nusantara untuk Membangun Peradaban Indonesia dan Dunia". Dan Presiden Jokowi mengapresiasi tema tersebut.

Banser Kemana Sih Saat Terjadi Gempa dan Tsunami?, Dangdutan?, Bubarin Pengajian?

Banser kemana? dangdutan? atau lagi bubarin pengajian? pertanyaan itu sangat sering diperdengarkan saat terjadi bencana di tanah air kita. Tidak tahu apa maksud pertanyaan itu. Bisa juga untuk menyudutkan Banser atau pun mengolok-olok, atau mungkin juga pertanyaan itu muncul dari orang-orang yang sudah kadung benci kepada Banser dan NU, dan juga pastinya tidak tahu menahu tentang apa itu Banser dan NU.

Kita tahu bahwa Banser adalah sayap GP Ansor. Dan GP Ansor sendiri adalah badan otonom Nahdlatul Ulama. Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi besar yang mempunyai banyak badan otonom (Banom) serta lembaga yang memiliki tugas dan fungsi masing-masing tentunya.

Dan yang harus kita tahu bahwa lembaga di Nahdlatul Ulama yang mempunyai tugas menanggulangi dampak bencana alam yaitu Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI NU). Sedangkan untuk Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) mempunyai tugas menopang dari sisi pendanaan. Dalam menangani bencana, kedua lembaga ini bersatu dalam sebuah NU Peduli. Dan semua Banom dan lembaga NU akan melebur menjadi satu menjadi NU Peduli di saat terjadi bencana di tanah air kita.

Hermawan, Relawan Banser Meninggal Dunia Saat Bertugas Di Sulawesi Tengah

Telah dikabarkan bahwa seorang anggota relawan Banser dari PC Mamuju, Sulawesi Tengah telah meninggal dunia pada hari Kamis tanggal 4 Oktober 2018 malam. Relawan Banser yang bernama Hermawan tengah bertugas membantu penanganan pasca gempa di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.

"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un.. Sahabat Hermawan, anggota Banser PC Mamuju telah meninggalkan kita semua malam ini", ujar Gus Yaqut Cholil Qoumas, Ketua GP Ansor, sebagaimana yang terpajang dalam poster ucapan duka yang diposting oleh akun resmi GP Ansor.

Gus Yaqut Cholil Qoumas menjelaskan bahwa Hermawan tergabung sebagai tim Tagana yang mempunyai tugas yaitu mendistribusikan logistik di Bandara Tampa Padang Mamuju. Untuk penanganan pasca gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Pimpinan Tagana membagi tiga tim yaitu, tim evakuasi yang telah di tempatkan di Palu, kemudian Tim Posko bersama Rumah Singgah di rumah jabatan Wakil Bupati Mamuju dimana banyak anggota Banser ikut terlibat, dan Tim Distribusi Logistik yang telah ditempatkan di Bandara Tampa Padang Mamuju Sulawesi Tengah.

Menurut Ikhsan Hidayah, kasatkorcab Mamuju menceritakan pada waktu itu Hermawan pamit mau ke kosnya, dan ada kabar dari Kurniadi, PC GP Ansor Mamuju, bahwa Hermawan mengalami kesakitan dan harus dibawa ke rumah sakit segera.

Kemudian, ada beberapa anggota Baser bersama anggota Tagana membawa Hermawan yang kesakitan ke rumah sakit. Namun, sesudah sampai di rumah sakit Tuhan berkehendak lain, Hermawan meninggal dunia dan mengebuskan nafas terakhirnya sekitar jam 21.00 malam di Rumah Sakit Mamuju.

Benarkah Maulidan, Sholawatan, Tahlilan, Adalah Tradisi Islam di Nusantara?

Maulidan, Sholawatan, Tahlilan, Adalah Tradisi Islam di Nusantara. Mengapa banyak sekali orang-orang yang berani mengharamkan suatu amaliah-amaliah yang baik dengan cara membid'ahkannya? Waspadai diri kita. Siapa Tahu kita termasuk penjahat terbesar bagi masyarakat muslim lainnya, sebagai seorang muslim, kita tidak mau menjadi penjahat besar bagi masyarakat muslim kan?

Akan tetapi kita secara tidak sadar mungkin selama ini sudah termasuk dalam bagian dari penjahat besar itu, penjahat besar terhadap masyarakat muslim. Coba kita teliti apakah kita sangat suka mempermasalahkan amaliyah-amaliyah yang baik dari masyarakat muslim? Misalnya, apakah kita suka sekali menghujat muslimin yang sedang membaca surat Yasin (Yasinan) di malam Jum'at sebagai seseorang yang Ahli Bid'ah dan akan masuk neraka?

Muhammad Rafik Minta Maaf kepada KH. Ma'ruf Amin Terkait Islam Nusantara

Setelah potongan video Ketua Ikatan Pemuda Pemudi Minang Indonesia (IPPMI) Muhammad Rafik meminta maaf kepada KH. Ma'ruf Amin secara langsung di hadapannya beredar di internet, IPPMI menyatakan tidak akan terlibat dalam politik praktis di Pemilihan Umum Presiden 2019 nanti.

Di dalam video itu, Muhammad Rafik telah meminta maaf karena ada pernyataan yang mengatasnamakan Pemuda Pemudi Minang yang menolak gagasan Islam Nusantara dan menyerang KH. Ma'ruf Amin terkait Islam Nusantara. Dan, Muhammad Rafik mengaku sangat setuju dengan gagasan Islam Nusantara yang selama ini didengungkan oleh KH. Ma'ruf Amin.

Apakah Islam Nusantara Harus Diwaspadai ?

Tak perlu berlebihan menanggapi Islam Nusantara. Islam Nusantara cuma bungkus atau slogan seperti halnya Muhammadiyah dengan Islam Berkemajuan-nya. Tak perlu risau dengan Islam Nusantara, karena Islam Nusantara bukanlah aliran baru dan bukan juga agama baru. Islam Nusantara tak membuat aqidah baru maupun ibadah baru. Ibadahnya Islam Nusantara sama persis dengan ibadahnya masyarakat Islam dimana pun, yaitu sholat 5 kali dalam sehari. Tak perlu risau dan tak perlu bimbang, Islam Nusantara tidak membenci bangsa Arab dan juga tidak membenci perbedaan, apalagi menusantarakan Islam, tidak, tidak sama sekali. Islam Nusantara itu ingin menunjukkan identitas kebudayaan di dalam Islam, tidak menusantarakan Islam, apalagi mau mengubah Islam, tidak, tidak sama sekali.

Banyak Yang Salah Tafsir Tentang Islam Nusantara, Apakah Itu Termasuk Anda?

Islam Nusantara yaitu ya sejatinya Islam itu sendiri, akan tetapi dipengaruhi oleh wilayah dan budaya setempat. Jadi Islam di Indonesia itu sangat berbeda dengan Islam di Arab itu sendiri, walaupun Islam datang melalui wilayah Arab. Islam Nusantara itu hanya bungkus atau kemasan saja. Nahdlatul Ulama yang lahir di Indonesia memaknai Islamnya dengan sebutan Islam Nusantara yang tentunya isinya yaitu Islam Ahlussunah wal jamaah atau disebut juga Aswaja. Dan tentunya, di Muhammadiyah sendiri memaknai atau menyebutkannya yaitu Islam Berkemajuan. Karena semua itu hanya bungkus, bukan aliran baru atau ajaran yang menyesatkan. Secara ibadah mahdhah sama dengan yang lainnya, bacaan sholat, haji, dan lain-lainnya sama.

Berita tentang Islam Nusantara di media sosial sering kali disalah-pahamkan, entah itu secara sengaja ataupun tidak sengaja. Dikatakan bahwa Islam Nusantara itu kalau takbir memakai bahasa daerah, atau mungkin kalau dikafankan tidak memakai kain putih tetapi memakai batik. Itu semuanya salah, bahwa Islam Nusantara itu sama dengan Islam sejatinya yang dibawah oleh Nabi Muhammad SAW, akan tetapi secara kebudayaan dan wilayahnya Islam dipengaruhinya. Bukan untuk mengganti ajaran, apalagi menjadi agama baru, itu semua adalah salah besar.

Maulidan, Sholawatan, Tahlilan, Bid'ah? Haram? Menjadi Kafir? Apa itu Semua Adalah Tradisi Islam di Nusantara?

Oke, saya membuat blog ini tentunya tujuan awalnya untuk melatih diri saya agar belajar menulis artikel-artikel di blog ini dan tentunya untuk ikut lomba atau kontes SEO yang diadakan oleh IMNU. Dan kita tahu bahwa maulidan, sholawatan, dan tahlilan adalah amalan-amalan atau tradisi masyarakat Islam di Nusantara dari jaman dulu sudah ada. Hmm, tapi kenapa banyak akhir-akhir ini yang suka mem-bid'ah-kan amalan-amalan ini ya? atau mungkin belum memahami amalan-amalan ini yang sudah dilakukan orang-orang tua dulu sebelum kita lahir.

Kita tahu bahwa sudah banyak kelompok minoritas yang dengan gampang mengucap bid'ah, haram, dan bahkan sampai mengkafirkan orang-orang di luar golongannya. Bahwa kita tahu, tahlilan menurut bahasa adalah makna menyatakan bahwa Alloh SWT sebagai Tuhan dengan mengucapkan kalimat Laa ilaaha illalloh. Dan untuk Tahlilan itu sendiri di dalamnya terdapat unsur budaya, yaitu berupa kegiatan yang diadakan masyarakat secara bersama-sama untuk mendo'akan orang yang sudah wafat.